“Ngidang” Tradisi Penyajian Makanan Khas Palembang

PALEMBANG | Globarlsumatera,co – Di tengah maraknya tren kuliner modern, masyarakat Palembang masih setia mempertahankan tradisi penyajian makanan khas yang sarat nilai budaya, yaitu “Ngidang.” Tradisi ini bukan hanya cara makan bersama, tetapi juga representasi nilai kebersamaan, gotong royong, dan penghormatan terhadap tamu yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Ngidang dilakukan dengan menyajikan hidangan dalam dulang, wadah bundar berukuran besar yang menjadi simbol kelimpahan. Satu dulang biasanya dinikmati oleh enam hingga delapan orang, berisi berbagai makanan khas seperti pindang, malbi, ayam kribo, sambal lengkong, tempoyak, hingga aneka kue tradisional Palembang. Susunan hidangan tersebut mencerminkan kekayaan rasa dan sejarah yang melekat pada masyarakat Sumatera Selatan.
Makna Sosial dan Filosofis Ngidang
mengajarkan nilai setara, saling menghormati, serta mempererat hubungan antarwarga. Setiap prosesnya dilakukan secara gotong royong: para ibu memasak bersama, sedangkan para bapak menata tempat acara dan menyiapkan dulang.
Menurut Tokoh Adat Palembang, H. M. Darwis, ngidang merupakan simbol kebersamaan yang tidak boleh hilang.
“Ngidang itu bukan hanya tentang makanan. Di dalamnya ada nilai persatuan, rasa hormat, dan kebiasaan baik yang menjadi ciri masyarakat Palembang sejak dulu,” ujarnya saat ditemui dalam sebuah kegiatan budaya.
Ngidang umumnya disajikan dalam acara adat, kenduri, pernikahan, syukuran, hingga peringatan hari besar keagamaan. Namun kini, tradisi ini kembali dihidupkan melalui kegiatan kampus, komunitas budaya, dan konten digital agar generasi muda mengenalnya lebih dekat.
Pelestarian di Era Modern
Seiring perkembangan zaman, banyak pihak mulai mengangkat kembali tradisi ngidang agar tetap relevan. Sejumlah komunitas kuliner mempopulerkannya melalui festival, workshop memasak, hingga program edukasi budaya.
Di beberapa tempat, konsep ngidang bahkan diadopsi restoran untuk menghadirkan pengalaman makan komunal yang lebih hangat.
Pelestarian ini sekaligus menjadi upaya mempertahankan identitas lokal di tengah derasnya pengaruh kuliner modern. Tradisi yang awalnya hanya diadakan pada acara besar kini semakin fleksibel dan sering ditemui dalam berbagai kegiatan masyarakat.
Warisan Budaya yang Perlu Dijaga
Ngidang memiliki nilai penting bagi masyarakat Palembang. Tradisi ini bukan hanya menunjukkan kekayaan kuliner daerah, tetapi juga menjadi pengingat bahwa budaya lokal menyimpan filosofi mendalam tentang hidup bersama dan saling menghormati. Melalui makan dalam satu dulang, masyarakat diajak untuk hidup setara, tanpa membedakan status atau kedudukan.
Dengan berbagai upaya pelestarian, diharapkan ngidang terus hidup sebagai warisan budaya yang bisa dinikmati generasi mendatang. Tradisi ini menjadi bukti bahwa kekayaan budaya Palembang tidak hanya terlihat pada rasa masakannya, tetapi juga pada cara masyarakat menghargai kebersamaan. (*)
Penulis : Widya Permata Sari
